행복 (Project 01)


  행복 berarti kebahagiaan. Dan aku akhirnya mengetahui kebahagiaan yang aku dapatkan sekarang.


  Waktu itu ...


~o0O0o~


  Aku tersadar aku hanya bermimpi. Mimpi ini sudah tak asing lagi bagiku, namun ini baru kali kedua aku mampir lagi.

  Mimpi indah masa kecil diantara mimpi-mmpi burukku dulu. Bagiku sebagai dream traveller walaupun sudah menjumpai mimpi-mimpi dan menjelajahinya, tapi ini merupaka mimpi indah yang amat kusenangi diantara yang lain.

  Rumah bernuansa khas jepang kuno berserta ukiran-ukiran indah di setiap ujungnya itu tetap menjadi satu-satunya yang paling indah dibanding sekitarnya. Aku benar-benar terlalu tidak bisa melupakannya walaupun satu dekade telah berlalu.

  Aku berjalan perlahan dan membuka pintu utama rumah. Dan mendapatkan rumah yang masih bersih dalamnya. Aku mengelilingi sekitar rumah agar mendapatkan visi yang lebih baik tentang rumah ni.

  Hingga akhirnya terduduk di halaman yang tepat berada di tengah rumah ini. Aku ingat betul selokan kecil itu dulu berisikan banyak sekali ikan.

  Tungkaiku berjalan perlahan. Terasa ringan karena ini memang mimpi. Melongok melihat ke arah selokan kecil itu.

  Gemiricik air dan ikan-ikan tak terjumlah itu berenang menuju satu arah. Ikan keberutungan ada didalam semua, ikan koki hingga koi berenang-renang didalamnya.

  Aku terhipnotis dalam gemiricik air ini. Aku mengikuti arus air ini. Dari selokan ini berubah menjadi sungai yang berarus deras, dengan bebatuan yang semakin terjal juga. Semakin jauh aku menyusuri tempat ini aku akhirnya menemukan air terjun setipe niagara yang benar-benar sangat besar.

“Air terjun ini lagi” gumamku pelan.

  Aku ingat samar-samar air terjun ini, Dan aku masih terpana menyaksikan semua yang ada dihadapan mataku kali ini, aku sama sekali tak bisa mengalihkan pandanganku sama sekali.

“Apanya yang ‘lagi’ ?”

  Terkejut, aku langsung memalingkan wajahku mencari sumber suara. Seorang laki-laki duduk disebelahku memandang kedepan dengan mantap. Sepertinya aku sendiri tidak menyadari keberadaannya sedari tadi. Tapi ... siapa dia?

“Duduklah”

  Tanpa banyak bertanya aku terduduk sambil menatapnya bingung. Tiba-tiba ia mengenggam tanganku erat, ia memalingkan wajahnya padaku sekarang. Oh. Ia cukup rupawan.

“Keberuntunganmu bukan pada sungai arus ikan itu”

“Apa?”

“Kau nanti juga akan mengerti”

  Ia tersenyum. Manis sekali. Kurasa telingaku saja memerah.

  Namun aku tersadar. Apa maksudnya dia? Kenapa ia tak memberi tahuku saja sekarang? Apa kebahagiaanku?

  Namun belum sempat berkata apa-apa, aku merangsak masuk kedalam lubang hitam. Ini akhir mimpiku ternyata.

  Akhirnya aku terbangun dikasur ku. Dengan sedikit peluh yang jatuh, dan deguban dada yang kencang aku berkata.

“Apa maksud laki-laki itu?”


~o0O0o~


 Rasa hangat dan manis menyeruak masuk kedalam indra pengecapku, memang caramel macchiato buatan kedai ini yang terbaik di daerah sini. Suasana malam memang cocok sekali dengan caramel macchiato.

 Bergulat kembali dengan setumpukan rumusan didepan mata memang agak melelahkan sekali, ingin rasanya ku banting semua dengan dosen-dosen tidak tahu penderitaan lelahnya kami dengan setumpuk tugas belum lagi dengan revisi-revisi dan coretan pada tugas yang menyayat hati.

“Aku ingin menjadi batu saja kalo dibangkitkan sekali lagi” ucapku dengan hembusan kasar.

“Si jenius ini sudah lelah bekerja ya?”


“Diam yeon, biarkan aku tertidur 15 menit saja nanti bangunkan aku ya, aku lelah, kau kerjakan halaman ini dan selanjutnya, yang soal-soal luas dan biaya secara keseluruhan, ingat hitung dengan otakmu”


“Aish, aku kerjakan semampuku saja ya? nanti kau koreksi”


“Terserahlah asal aku tidur dulu sebentar”

 Gerutuan yeonsi membuatku tersenyum kecil, dalam kungkungan tangan dan suasana hangat aku bisa tertidur, caramel macchiato sama sekali tak berpengaruh pada lelahnya tugasku ini.   

 Pandangku mengabur dan kegelapan kembali membuatku masuk pada alam mimpi, semoga aku masuk pada mimpi indah yang menghilangkan penatku.

 Seorang dream traveller sepertiku memang takkan pernah kehabisan mimpi-mimpi yang indah, aneh, ataupun luar biasa, aku bersyukur.

 Pancaran sinar yang menyilaukan muncul disertai rasa pusing sebentar, mari kita lihat mimpi apa yang aku datangi kali ini.


~o0O0o~


 Perasaan di dadaku membuncah dengan rasa senang dan antusias, bahkan aku sempat berlari-lari kecil agar mengeluarkan emosi yang aku rasakan kali ini.

 Astaga terakhir aku bermimpi ke rumah jepang ini adalah 3 tahun lalu, pertanyaan-pertanyaan tentang maksud mimpi ini masih terpatri didalam otakku dengan jelas, cukup lama hingga aku memasuki umur kepala dua ini.

 Namun aku gugup sekali, anehnya dalam mimpi ini aku bisa merasakan telapak tanganku basah, dan juga debaran jantung meski tak menyakitkan dalam dunia nyata namun aku jelas merasakan emosi dengan sangat jelas dalam mimpi ini.

 Jalanku memelan saat hendak menuju pintu dengan ukiran-ukiran yang masih tetap sama indahnya dengan awal.

 Namun belum ku sentuh ganggang pintunya, pintu sudah terbuka dengan lebar, seakan mempersilahkan tamunya masuk cuma-cuma.

 Aku yang tersentak mundur beberapa langkah takut hal yang tak diinginkan terjadi, namun belum sempat berpikir jernih, kornea mataku melebar, seakan tak percaya dengan apa yang ada didepanku kali ini.

“Sesenang itu untuk bertemuku hm?”

 Aku cukup terpana dengan lelaki yang kulihat dalam mimpiku tiga tahun lalu, ia nampak lebih dewasa dan menawan dari sebelumnya menurutku.

“Aku setampan itu ya?”

 Cukup malu aku segera memalingkan pandangku kearah lain, cupingku terasa panas sekali, bodohnya aku astaga, hidupku memang tidak mengandung unsur romansa sama sekali sampai aku sebodoh ini astaga.

 Cukup malu-malu tolol seperti aku harus banyak bertanya padanya agar ia menjelaskan apa maksud ia pada mimpi sebelumnya.

“Biarkan aku memandangmu dulu ‘tamu’ ”

“Sambil memandangiku aku akan bertanya banyak hal padamu juga” ucapku tegas agar tidak terdengar suara bahwa sebenarnya aku cukup malu dia berkata seperti itu.

 Ia bergumam lalu berjalan mendekatiku yang masih terkaku ditempat, lalu meraih tanganku untuk digenggamnya pada jemarinya yang besar itu, ini terlalu nyata untuk mimpi sungguh.

“Kau nanti juga akan mengerti”

 Tidak jangan ucapkan kata itu, ucapku dalam hati. Dan benar adanya tubuh ku kembali masuk dalam pusaran kegelapan lagi. Sialan.


~o0O0o~



“Maaf nona tapi kedai kami hendak tutup”

 Tubuhku yang terguncang langsung menegakkan tulang-tulangnya dan beralih pada jam tangan mungil milikku. Jam 11 malam tepat. Dan segera menoleh ke samping dimana sahabatku juga malah bodohnya tertidur juga denganku.

“Ah maafkan saya, saya akan segera pergi”

 Pelayan tadi tersenyum ringan dan meninggalkan aku dan si bodoh ini. Dengan gemas aku memukul kepala yeonsi sangat keras dan ia langsung bangun dengan mengaduh kecil.

“Kenapa malah ikut tidur ha?”

 Ia terkekeh kecil, lalu membuat gestur meminta ampun tanpa berbicara karena jika ia berbicara itu hanya akan memperburuk keadaan.

“Ayo pulang”


~o0O0o~


 Pekerjaan ini tak ada habisnya, namun setidaknya bulan depan aku bisa mendapatkan promosi sehingga aku bisa naik ke pangkat yang lebih tinggi dan menghasilkan banyak uang. Hidupku tak melulu soal uang, hanya saja aku benar-benar tidak memiliki kisah yang lain selain hidupku yang terlalu flat dan aku masih seorang pemimpi ulung, Dream Traveller.

 Di akhir umur kepala dua ku aku masih benar-benar sendiri, bahkan aku masih percaya dengan lelaki yang ada di mimpiku 8 tahun lalu. Aku benar-benar tak bisa melupakan wajah tegasnya itu.

 Mungkin untuk dikorea tidak apa-apa belum menikah sampai umur ini, hanya saja aku benar-benar tak memiliki pacar juga, dan itu malah membuatku seperti wanita karir yang tampak menyedihkan.

 Udara malam ini sangat dingin, ada baiknya aku memesan caramel macchiato kesukaanku di kedai kecil biasanya.

Duduk terdiam memandangi padatnya jalan kota tak pernah membuatku bosan sama sekali, aku senang memandangnya sambil berpikir banyak ataupun menghayal.

“Duduk sendirian manis?”

 Saat memalingkan mataku, aku merasa sedikit takut sekarang, celakalah aku memilih tempat paling pojok dikedai ini.

“Kami mau bergabung dengan mu ya”

 Tiga orang lelaki yang jujur saja bahkan mukanya saja sama dengan tanah berkisaran umur empat puluh tahun langsung duduk di mejaku sebari menatapku mengerikan. Aku benar-benar ketakutan, aku tak bisa berbicara banyak ketika bertemu seseorang yang aku temui apalagi dengan orang-orang seperti ini hanya akan membuatku semakin takut bahkan untuk bergerak sekalipun.

 Mereka jelas berbicara tentang penampilanku, namun aku tidak dapat mendengar jelas karena bahkan pikiranku hanya dapat berpikir hal- hal buruk yang terjadi. Tanganku yang diatas meja saja tak dapat bergerak sama sekali bahkan bergemataran.

 Selama 10 menit mereka hanya membicarakan hal itu dan aku tak dapat mendengarkannya dengan baik.

 “Jangan takut nak, kami hanya ingin hang out ya hang out seperti jaman kalian hahaha”

 Tangan salah satu si gila meraih tanganku yang berada diatas meja menggenggamnya bahkan sedikit mengelus-elus. Mataku benar-benar sudah buram dengan kumpulan air mata, aku sangat ketakutan seperti anak kecil.

 Aku tak bisa mempungkiri bahwa aku benar-benar wanita terlalu lemah. Kepalaku benar-benar tidak dapat memproses apapun sekarang.

“Lepaskan tangannya sialan. Aku pacarnya. Pergi.”

 Aku mengangkat kepalaku yang sedari tadi tertunduk. Aku sedikit tersentak dengan pemuda yang tiba-tiba datang dan bahkan dengan beraninya menarik keluar orang-orang gila dari mejaku. Berdebat sebentar lalu akhirnya orang-orang mengerikan itu meninggalkanku dan pemuda yang datang membantuku.

 Aku benar-benar lega, aku mengucapkan terima kasih sambil menundukan kepala beberapa kali padanya. Saat aku mengangkat kepalaku aku cukup terkejut dengan tampangnya sangat tidak asing denganku.

“Ahhh nona lain kali jangan pilih tempat ini lagi ya, disini memang kadang suka kejadian nona”

행복 (baca : haeng bok)”

“hah? Apa nona?”



~o0O0o~



FINISH




(Genre : romance, semi fantasi)




Comments

  1. Sofi, this is good. Ibu membacanya sambil seram-seram gimanaaa, gitu :-D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts